Kamis, 11 Juli 2019

Kemampuan Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika


Kemampuan Komunikasi
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin disampaikan. Menurut Fathoni matematika dipandang sebagai bahasa karena “dalam matematika terdapat sekumpulan lambang/simbol dan kata (baik kata dalam bentuk lambang)”. Misalnya “ >” yang melambangkan kata “lebih besar”, maupun kata yang diadobsi dari bahasa biasa, misalnya kata “fungsi” yang dalam matematika menyatakan suatu hubungan dengan aturan tertentu antara unsur-unsur dalam dua buah himpunan. Simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu, maka matematika hanya merupakan kumpulan simbol dan rumus yang kering akan makna. Berkaitan dengan hal ini, tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan, banyak orang yang berkata bahwa X, Y, Z itu sama sekali tidak memiliki arti. 
Ketika sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada peserta didiknya ataupun peserta didik mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada komunikan. Respon yang diberikan komunikan merupakan interpretasi komunikan tentang informasi tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan respon itu seringkali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol. Karena itu, kemampuan berkomunikasi dalam matematika menjadi tuntutan khusus.
Matematika umumnya identik dengan perhitungan angka-angka dan rumus-rumus, sehingga muncullah anggapan bahwa skill komunikasi tidak dapat dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat, karena menurut Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki peran:
1    1)      Kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematika;
2    2)     Modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan                   investigasi matematika;
3   3)     Wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain.


Kemampuan berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan siswa. Sejalan dengan itu, Lindquist (dalam Fitrie, 2002: 16) menyatakan bahwa kita memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara penuh tujuan sosial, seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan matematika untuk semua orang.
  Bahkan membangun komunikasi matematika menurut National Center Teaching Mathematics (NCTM) memberikan manfaat pada siswa berupa:
11. Memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar.
22. Merefleksi dan mengklarifikasi dalam berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi.
33. Mengembangkan pemahaman terhadap gagasan-gagasan matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.
44. Menggunakan keterampilan membaca, mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan matematika.
55. Mengkaji gagasan matematika melalui konjektur dan alasan yang meyakinkan.
66. Memahami nilai dari notasi dan peran matematika dalam pengembangan gagasan matematika.

2.2  Kemampuan Komunikasi Menurut Para Ahli

a)    Within (1992) menyatakan kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi antar  siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerjasama sehingga dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Anak-anak yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di saat mereka saling mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka.

b)   Menurut Sumarmo (2003) komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa :
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam idea matematika.
2.  Menjelaskan idea, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda   nyata, gambar, grafik dan aljabar;menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika;
4. Membaca dengan pemahaman atau presentasi matematika tertulis;
5. Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi.
6. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.


2.3 Cara Menumbuhkembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika
Baroody (dalam Larasati, 2017) menjelaskan bahwa ada dua alasan penting mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuh kembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.
Aktivitas guru yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa antara lain:
1.      Mendengarkan dan melihat dengan penuh perhatian ide-ide siswa
2.      Menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas yang diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berpikir
3.      Meminta siswa untuk merespon dan menilai ide mereka secara lisan dan tertulis
4.      Menilai kedalaman pemahaman atau ide yang dikemukakan siswa dalam diskusi
5.      Memutuskan kapan dan bagaimana untuk menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika pada siswa
6.      Memonitor partisipasi siswa dalam diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa untuk berpartisipasi.

2.3   Indikator dalam komunikasi matematika
a)      indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari :
1.      Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2.      Kemampuan memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide Matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya.
3.      Kemampuan dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.

b)      Menurut Sumarmo (dalam Maulida 2016 : 20), menyatakan indikator komunikasi matematis adalah sebagai berikut :

1.      Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.
2.      Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar.
3.      Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa simbol matematika.
4.      Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
5.      Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
6.      Membuat konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi.
7.      Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.


Berikut ini akan disajikan indikator-indikator komunikasi untuk jenjang-jenjang pendidikan:
I. Indikator komunikasi untuk siswa setingkat Sekolah Dasar adalah :
a. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika
b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik, dan aljabar
c. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa simbol matematika
d. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematika
II. Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat SMP adalah :
a. Membuat model dari suatu situasi melalui lisan, tulisan, benda-benda konkrit, gambar, grafik, dan metode-metode aljabar
b. Menyusun refleksi dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika
c. Mengembangkan pemahaman dasar matematika, termasuk aturan-aturan definisi matematika
d. Menggunakan kemampuan membaca, menyimak, dan mengamati untuk menginterpretasi dan mengevaluasi suatu ide matematika
e. Mengapresiasi nilai-nilai dari suatu notasi matematis termasuk aturan-aturannya dalam mengembangkan ide matematika.
III. Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat SMA adalah :
a. Menyusun refleksi dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika
b. Menyusun formulasi dan definisi-definisi matematika dan membuat generalisasi dari temuan-temuan yang ada melalui investigasi
c. Mengepresikan ide-ide matematika secara lisan dan tulisan
d. Membaca dengan pemahaman suatu presentasi tertulis
e. Menjelaskan dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.




BAB  III
PENUTUP

1.1              Kesimpulan
kesimpulan bahwasanya komunikasi adalah komponen yang sangat penting tak hanya di dalam pembelajaran matematika tetapi juga di dalam semua bidang studi manapun. Dengan adanya komunikasi, tidak terjadi kesalahpahaman informasi yang disampaikan. Agar komunikasi matematika itu dapat berjalan dan berperan dengan baik, maka diciptakan suasana yang kondusif dalam pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam komunikasi matematika, siswa sebaiknya diorganisasikan dalam kelompok-kelompok kecil yang dapat dimungkinkan terjadinya komunikasi multi-arah, yaitu komunikasi siswa dengan siswa dalam satu kelompok. Matematika siswa dapat diorganisasikan dan dikonsolidasikan. Pengkomunikasian matematika yang dilakukan siswa pada setiap kali pelajaran matematika, secara bertahap tentu akan dapat meningkatkan kualitas komunikasi, dalam arti bahwa pengkomunikasian pemikiran matematika siswa tersebut semakin cermat, tepat, sistematis dan efisien.
Uraian di atas, penulis memberikan gambaran bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu jantung dalam pembelajaran, sehingga perlu menumbuhkembangkan dalam aktivitas pembelajaran matematika. Hal ini diperkuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) menyebutkan kemampuan dasar SD sampai dengan SMA, bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu diupayakan peningkatannya sebagaimana kemampuan dasar lainnya, seperti kemampuan bernalar, kemampuan pemahaman matematis, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi matematis dan koneksi, serta kemampuan representasi matematis. Dengan demikian, makna membangun kemampuan komunikasi bagi guru adalah sebagai “teaching how to learn mathematics”, sedangkan bagi siswa bermakna sebagai “learning how to learn mathematics”

1.2              Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya komunikasi yang baik di dalam kelas tentunya akan membantu siswa dalam memecahkan masalah yang terkait dengan pembelajaran maematika. Kaitan antara komunikasi dan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah komunikasi dalam pembelajaran matematika bertujuan untuk membantu siswa dalam memahami soal cerita dan mengkomunikasikan hasilnya. Selain itu penguasaan bahasa yang baik mampu mengkristalkan dan membantu pemahaman dan ide matematika siswa. Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikasikan masalah matematika, pada umumnya ditunjang oleh pemahaman mereka terhadap bahasa.

DAFTAR PUSTAKA

http://educare,e-fkipunla.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar