Kemampuan
Komunikasi
Matematika
adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin
disampaikan. Menurut Fathoni matematika dipandang sebagai bahasa karena “dalam
matematika terdapat sekumpulan lambang/simbol dan kata (baik kata dalam bentuk
lambang)”. Misalnya “ >” yang melambangkan kata “lebih besar”, maupun kata
yang diadobsi dari bahasa biasa, misalnya kata “fungsi” yang dalam matematika
menyatakan suatu hubungan dengan aturan tertentu antara unsur-unsur dalam dua
buah himpunan. Simbol-simbol matematika bersifat “artificial” yang baru memiliki
arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu, maka matematika hanya
merupakan kumpulan simbol dan rumus yang kering akan makna. Berkaitan dengan
hal ini, tidak jarang kita jumpai dalam kehidupan, banyak orang yang berkata
bahwa X, Y, Z itu sama sekali tidak memiliki arti.
Ketika
sebuah konsep informasi matematika diberikan oleh seorang guru kepada peserta
didiknya ataupun peserta didik mendapatkannya sendiri melalui bacaan, maka saat
itu sedang terjadi transformasi informasi matematika dari komunikator kepada
komunikan. Respon yang diberikan komunikan merupakan interpretasi komunikan
tentang informasi tadi. Dalam matematika, kualitas interpretasi dan respon itu
seringkali menjadi masalah istimewa. Hal ini sebagai salah satu akibat dari
karakteristik matematika itu sendiri yang sarat dengan istilah dan simbol.
Karena itu, kemampuan berkomunikasi dalam matematika menjadi tuntutan khusus.
Matematika
umumnya identik dengan perhitungan angka-angka dan rumus-rumus, sehingga
muncullah anggapan bahwa skill komunikasi tidak dapat dibangun pada
pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat, karena menurut
Greenes dan Schulman, komunikasi matematika memiliki peran:
1 1)
Kekuatan sentral bagi siswa dalam
merumuskan konsep dan strategi matematika;
2 2) Modal keberhasilan bagi siswa terhadap
pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematika;
3 3) Wadah bagi siswa dalam berkomunikasi
dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah
pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan yang lain.
Kemampuan
berkomunikasi menjadi salah satu syarat yang memegang peranan penting karena
membantu dalam proses penyusunan pikiran, menghubungkan gagasan dengan gagasan
lain sehingga dapat mengisi hal-hal yang kurang dalam seluruh jaringan gagasan
siswa. Sejalan dengan itu, Lindquist (dalam Fitrie, 2002: 16) menyatakan bahwa
kita memerlukan komunikasi dalam matematika jika hendak meraih secara penuh
tujuan sosial, seperti melek matematika, belajar seumur hidup, dan matematika
untuk semua orang.
Bahkan
membangun komunikasi matematika menurut National Center Teaching Mathematics
(NCTM) memberikan manfaat pada siswa berupa:
11. Memodelkan situasi dengan lisan,
tertulis, gambar, grafik, dan secara aljabar.
22. Merefleksi dan mengklarifikasi dalam
berpikir mengenai gagasan-gagasan matematika dalam berbagai situasi.
33. Mengembangkan pemahaman terhadap
gagasan-gagasan matematika termasuk peranan definisi-definisi dalam matematika.
44. Menggunakan keterampilan membaca,
mendengar, dan menulis untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi gagasan
matematika.
55. Mengkaji gagasan matematika melalui
konjektur dan alasan yang meyakinkan.
66. Memahami nilai dari notasi dan peran
matematika dalam pengembangan gagasan matematika.
2.2 Kemampuan Komunikasi Menurut Para
Ahli
a) Within
(1992) menyatakan kemampuan komunikasi menjadi penting ketika diskusi
antar siswa dilakukan, dimana siswa diharapkan mampu menyatakan,
menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan dan bekerjasama sehingga
dapat membawa siswa pada pemahaman yang mendalam tentang matematika. Anak-anak
yang diberikan kesempatan untuk bekerja dalam kelompok dalam mengumpulkan dan
menyajikan data, mereka menunjukkan kemajuan baik di saat mereka saling
mendengarkan ide yang satu dan yang lain, mendiskusikannya bersama kemudian
menyusun kesimpulan yang menjadi pendapat kelompoknya. Ternyata mereka belajar
sebagian besar dari berkomunikasi dan mengkontruksi sendiri pengetahuan mereka.
b) Menurut
Sumarmo (2003) komunikasi matematis meliputi kemampuan siswa :
1. Menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram
ke dalam idea matematika.
2. Menjelaskan idea, situasi dan relasi
matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata, gambar, grafik dan aljabar;menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika;
3. Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis
tentang matematika;
4. Membaca dengan pemahaman atau presentasi
matematika tertulis;
5. Membuat konjektur, menyusun argument,
merumuskan definisi dan generalisasi.
6. Menjelaskan dan membuat pertanyaan
tentang matematika yang telah dipelajari.
2.3
Cara Menumbuhkembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika
Baroody (dalam Larasati, 2017) menjelaskan bahwa ada
dua alasan penting mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuh
kembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya
matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking),
alat untuk menemukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan,
tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan
berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as
social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran
matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga
komunikasi antara guru dan siswa.
Aktivitas guru yang
dapat menumbuhkembangkan kemampuan komunikasi matematika siswa antara lain:
1.
Mendengarkan dan melihat dengan penuh
perhatian ide-ide siswa
2.
Menyelidiki pertanyaan dan tugas-tugas
yang diberikan, menarik hati, dan menantang siswa untuk berpikir
3.
Meminta siswa untuk merespon dan menilai
ide mereka secara lisan dan tertulis
4.
Menilai kedalaman pemahaman atau ide
yang dikemukakan siswa dalam diskusi
5.
Memutuskan kapan dan bagaimana untuk
menyajikan notasi matematika dalam bahasa matematika pada siswa
6.
Memonitor partisipasi siswa dalam
diskusi, memutuskan kapan dan bagaimana untuk memotivasi masing-masing siswa
untuk berpartisipasi.
2.3 Indikator dalam komunikasi matematika
a) indikator
kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut
NCTM (1989 : 214) dapat dilihat dari :
1. Kemampuan
mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan
mendemonstrasikannya serta menggambarkannya secara visual;
2. Kemampuan
memahami, menginterpretasikan, dan mengevaluasi ide-ide Matematika baik secara
lisan maupun dalam bentuk visual lainnya.
3. Kemampuan
dalam menggunakan istilah-istilah, notasi-notasi Matematika dan
struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan
model-model situasi.
b)
Menurut Sumarmo (dalam Maulida 2016 :
20), menyatakan indikator komunikasi matematis adalah sebagai berikut :
1. Menghubungkan
benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika.
2. Menjelaskan
ide, situasi dan relasi matematik secara lisan atau tulisan dengan benda nyata,
gambar, grafik dan aljabar.
3. Menyatakan
peristiwa sehari-hari dalam bahasa simbol matematika.
4. Mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika.
5. Membaca
dengan pemahaman suatu presentasi matematika tertulis.
6. Membuat
konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi.
7. Menjelaskan
dan membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
Berikut ini akan
disajikan indikator-indikator komunikasi untuk jenjang-jenjang pendidikan:
I.
Indikator komunikasi untuk siswa setingkat Sekolah Dasar adalah :
a. Menghubungkan benda
nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika
b. Menjelaskan ide,
situasi, dan relasi matematika secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata,
gambar, grafik, dan aljabar
c. Menyatakan peristiwa
sehari-hari dalam bahasa simbol matematika
d. Mendengarkan,
berdiskusi, dan menulis tentang matematika
II.
Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat SMP adalah :
a. Membuat model dari
suatu situasi melalui lisan, tulisan, benda-benda konkrit, gambar, grafik, dan
metode-metode aljabar
b. Menyusun refleksi
dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika
c. Mengembangkan
pemahaman dasar matematika, termasuk aturan-aturan definisi matematika
d. Menggunakan
kemampuan membaca, menyimak, dan mengamati untuk menginterpretasi dan
mengevaluasi suatu ide matematika
e. Mengapresiasi
nilai-nilai dari suatu notasi matematis termasuk aturan-aturannya dalam
mengembangkan ide matematika.
III.
Indikator komunikasi matematika untuk siswa setingkat SMA adalah :
a. Menyusun refleksi
dan membuat klarifikasi tentang ide-ide matematika
b. Menyusun formulasi dan
definisi-definisi matematika dan membuat generalisasi dari temuan-temuan yang
ada melalui investigasi
c. Mengepresikan
ide-ide matematika secara lisan dan tulisan
d. Membaca dengan
pemahaman suatu presentasi tertulis
e. Menjelaskan dan
membuat pertanyaan tentang matematika yang telah dipelajari.
BAB III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
kesimpulan bahwasanya
komunikasi adalah komponen yang sangat penting tak hanya di dalam pembelajaran
matematika tetapi juga di dalam semua bidang studi manapun. Dengan adanya komunikasi,
tidak terjadi kesalahpahaman informasi yang disampaikan. Agar komunikasi
matematika itu dapat berjalan dan berperan dengan baik, maka diciptakan suasana
yang kondusif dalam pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kemampuan siswa
dalam komunikasi matematika, siswa sebaiknya diorganisasikan dalam
kelompok-kelompok kecil yang dapat dimungkinkan terjadinya komunikasi
multi-arah, yaitu komunikasi siswa dengan siswa dalam satu kelompok. Matematika
siswa dapat diorganisasikan dan dikonsolidasikan. Pengkomunikasian matematika
yang dilakukan siswa pada setiap kali pelajaran matematika, secara bertahap
tentu akan dapat meningkatkan kualitas komunikasi, dalam arti bahwa
pengkomunikasian pemikiran matematika siswa tersebut semakin cermat, tepat,
sistematis dan efisien.
Uraian di atas, penulis
memberikan gambaran bahwa komunikasi matematis merupakan salah satu jantung dalam
pembelajaran, sehingga perlu menumbuhkembangkan dalam aktivitas pembelajaran
matematika. Hal ini diperkuat oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (2006)
menyebutkan kemampuan dasar SD sampai dengan SMA, bahwa komunikasi matematis merupakan
salah satu kemampuan dasar yang perlu diupayakan peningkatannya sebagaimana
kemampuan dasar lainnya, seperti kemampuan bernalar, kemampuan pemahaman matematis,
kemampuan pemecahan masalah, kemampuan komunikasi matematis dan koneksi, serta
kemampuan representasi matematis. Dengan demikian, makna membangun kemampuan
komunikasi bagi guru adalah sebagai “teaching how to learn mathematics”, sedangkan
bagi siswa bermakna sebagai “learning how to learn mathematics”
1.2
Saran
Menyadari
bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –
sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
adanya komunikasi yang baik di dalam kelas tentunya akan membantu siswa dalam
memecahkan masalah yang terkait dengan pembelajaran maematika. Kaitan antara
komunikasi dan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah
komunikasi dalam pembelajaran matematika bertujuan untuk membantu siswa dalam
memahami soal cerita dan mengkomunikasikan hasilnya. Selain itu penguasaan
bahasa yang baik mampu mengkristalkan dan membantu pemahaman dan ide matematika
siswa. Kemampuan siswa dalam mengkomunikasikasikan masalah matematika, pada
umumnya ditunjang oleh pemahaman mereka terhadap bahasa.
DAFTAR
PUSTAKA
http://educare,e-fkipunla.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar