11. Perhitungan Volume Limas
Dalam matematika mesir kuno ada
matematika moskow papyrus dan matematika rhind papyrus. Volume limas termasuk
ke moskow papyrus. imas adalah sebuah piramida dengan
potongan yang sama pada puncaknya.
Jika
limas tersebut adalah limas dengan alas persegi dan sisi alasnya adalah a dan
garis yang menghubungkan alas dengan puncak limas adalah sisi b dan jika
tingginya adalah h , mereka orang orang mesir kuno menyatakan volume dari limas
adalah : h (a2 + ab + b2)
22. Perhitungan Waktu Bangsa Mesir Kuno
Pada sekitar tahun 1500 SM,
orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan berbasis 12, dan mereka
mengembangkan sebuah sistem jam matahari berbentuk seperti huruf T yang
diletakkan di atas tanah dan membagi waktu antara matahari terbit dan tenggelam
ke dalam 12 bagian.
Para ahli
sejarah berpendapat, orang-orang Mesir kuno menggunakan sistem bilangan
berbasis 12 didasarkan akan jumlah siklus bulan dalam setahun atau bisa juga
didasarkan akan banyaknya jumlah sendi jari manusia (3 di tiap jari, tidak
termasuk jempol) yang memungkinkan mereka berhitung hingga 12 menggunakan
jempol.
Jam matahari generasi berikutnya
sudah sedikit banyak merepresentasikan apa yang sekarang kita sebut dengan
“jam”. Sedangkan pembagian malam menjadi 12 bagian, didasarkan atas pengamatan
para ahli astronomi Mesir kuno akan adanya 12 bintang di langit pada saat malam
hari. Dengan membagi satu hari dan satu malam menjadi masing-masing 12 jam,
maka dengan tidak langsung konsep 24 jam diperkenalkan. Namun demikian panjang
hari dan panjang malam tidaklah sama, tergantung musimnya
33.
Perhitungan Luas Bangun Datar
Pada tahun 2450 SM, orang-orang
Mesir kuno telah memulai perhitungan tentang unsur-unsur segitiga dan menemukan
segitiga keramat dengan sisi-sisi 3, 4 dan 5.
Dalam perancangan Piramida Cherpen,
orang-orang Mesir Kuno menggunakan konsep Segitiga Suci Mesir (Sacred Triangle)
dengan perbandingan sisi-sisinya 3:4:5 yang dengan nama lain disebut sebagai
segitiga Phytagorean dan pada Piramida Khufu disebut Segitiga Emas (The Golden
Triangle). Dengan mengukur batang menurut garis dari jaringan geometri diheptagonal.
Proyek Piramida Cherpen dan Khufu menggunakan metode pengukuran dan nilai
esoteric yang berbeda.
Penyelidikan-penyelidikan
yang baru sepertinya menunjukkan bahwa orang Mesir Kuno mengetahui bahwa luas
setiap segitiga ditentukan oleh hasil kali alas dan tinggi. Beberapa soal nampaknya membahas
cotangent dari sudut dihedral antara alas dari sebuah permukaan piramida, dan
beberapa lagi menunjukkan perbandingan.
Pada saat itu geometri hanya
digunakan untuk keperluan yang sangat mendasar yaitu pemantauan ukuran tanah
milik penduduk untuk keperluan pemungutan pajak. Hal ini dilakukan karena
setiap tahunnya terjadi luapan dari Sungai Nil, sehingga kepemilikan tanah oleh
penduduk perlu dipantau, atau diukur ulang.
Pada saat itu pengukuran hanya
menggunakan tali yang direntangkan. Selain itu, untuk menentukan luas-luas dan
volume-volume dari berbagai bangun datar dan bangun ruang merupakan hasil dari trial
and error, mereka mendasari perhitungannya dari sebuah fakta tanpa harus
membuktikan secara deduktif. Rumusan yang diperoleh hanya mempunyai nilai
pendekatan dan pada saat itu telah mencukupi dan diterima untuk keperluan
praktis pada kehidupan masa itu. Sehingga pada Mesir Kuno Geometri berkembang
tidak jauh dari tingkatan intuitif belaka, dimana pengukuran-pengukuran objek
nyata adalah sasaran utama dari penggunaannya.
Tahun 1650 SM, orang-orang Mesir
Kuno menemukan nilai phi yaitu 3,16. Sumber informasi matematika Mesir Kuno
adalah Papyrus Moskow dan Papyrus Rhind. Papyrus Moskow berukuran tinggi 8 cm
dan lebar 540 cm sedangkan Papyrus Rhind memiliki tinggi 33 cm dan lebar 565
cm. Dari 100 soal-soal dalam lembaran Papyrus Moskow dan Rhind terdapat 26 soal
bersifat geometris. sebagian besar dari soal-soal tersebut berasal dari
rumus-rumus pengukuran yang diperlukan untuk menghitung luas tanah dan isi
lumbug padi-padian. Luas sebuah lingkaran dipandang sama dengan kuadrat 8/9
kali garis tengahnya. Orang Mesir Kuno telah menemukan nilai phi yaitu 3,16.
44. Dasar Segitiga Phytagoras
Dari pengamatan Pythagoras melihat orang-orang
Mesir menggunakan mistar dan tali pembanding untuk menghitung tinggi bangunan,
maka ia terinspirasi untuk membuat hukum matematika untuk menghitung tinggi dan
sisi miring segitiga siku-siku. Dari kunjungan ke Mesir itulah Pythagoras lalu
memperkenalkan prinsip yang kita kenal dengan hukum Pythagoras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar