BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pengajaran
matematika tidak sekedar menyampaikan berbagai informasi seperti aturan,
definisi, dan prosedur untuk dihafal oleh siswa tetapi guru harus melibatkan
siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Keikutsertaan siswa secara
aktif akan memperkuat pemahamannya terhadap konsep-konsep matematika. Hal ini
sesuai dengan prinsip-prinsip kontruktivisme yakni pengetahuan dibangun oleh
siswa sendiri, baik secara personal maupun sosial, pengetahuan tidak dapat
dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali melalui keaktifan siswa sendiri untuk
menalar, siswa aktif untuk mengkontruksi terus-menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep menuju kearah yang lebih kompleks, guru sekedar membantu
menyediakan sarana dan situasi agar proses konstruksi siswa berjalan.
Setiap
siswa mempunyai cara yang berbeda untuk mengkontruksikan pengetahuannya. Dalam
hal ini, sangat memungkinkan bagi siswa untuk mencoba berbagai macam
representasi dalam memahami satu konsep. Selain itu representasi juga berperan
dalam proses penyelesaian masalah matematis.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan representasi ?
2. Apa
saja manfaat dari representasi matematis dalam pembelajaran matematika ?
3. Bagaimana
cara memahami masalah matematika dalam pembelajaran matematika sekolah?
1.3
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk mengetahui cara penyelesaian masalah dalam
matematika dan mengetahui manfaat representasi matematis dalam pembelajaran
matematika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Representasi
Konsep tentang representasi merupakan salah satu konsep
psikologi yang digunakan dalam pendidikan matematika untuk menjelaskan beberapa
phenomena penting tentang cara berfikir anak-anak (Janvier dalam Radford,
2001). Namun sebelumnya Davis, dkk (dalam Janvier, 1987) menyatakan bahwa
sebuah representasi dapat berupa kombinasi dari sesuatu yang tertulis diatas
kertas, sesuatu yang eksis dalam bentuk obyek fisik dan susunan ide-ide yang
terkontruksi didalam pikiran seseorang. Sebuah representasi dapat dianggap
sebagai sebuah kombinasi dari tiga komponen: simbol (tertulis), obyek nyata,
dan gambaran mental. Kalathil dan Sherin (2000) lebih sederhana menyatakan
bahwa segala sesuatu yang dibuat siswa untuk mengekternalisasikan dan
memperlihatkan kerjanya disebut representasi. Dalam pengertian yang paling
umum, representasi adalah suatu konfigurasi yang dapat menggambarkan sesuatu
yang lain dalam beberapa cara (Goldin, 2002).
NCTM (dalam Misel, 2016 : 27) menegaskan bahwa kemampuan
representasi matematis sangat penting untuk dimiliki siswa, yaitu
“Representation is central to the study of mathematics. Students can develop
and deepen their understanding of mathematical concepts and relationships as
they create, compare, and use various representations. Representations also
help students communicate their thinking. Representasi juga membantu
mengkomunikasikan pemikiran siswa tentang matematika. Kemampuan representasi
matematis siswa perlu dikembangkan melalui proses dengan mempertimbangkan tahap
perkembangan khususnya bagi siswa sekolah dasar yang sedang memasuki fase
operasional konkret.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa representasi
adalah bentuk interpretasi pemikiran siswa terhadap suatu masalah, yang
digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan solusi dari masalah tersebut.
Bentuk interpretasi siswa dapat berupa kata-kataatau verbal, tulisan, gambar,
tabel, grafik, benda konkrit, simbol matematika dan lain-lain.
Sejumlah pakar (Goldin; 2002, Ostad,
http://www.idp-europe.org / indonesia/buku inklusi/pdf/13-Memahami_dan_Menangani
Bilangan. Pdf, Hiebert dan Carpenter dalam Harries dan Barmby, 2006) membagi
representasi menjadi dua bagian yakni representasi eksternal dan internal.
Representasi eksternal, dalam bentuk bahasa lisan, simbol tertulis, gambar atau
objek fi
sik.
Sementara untuk berfikir tentang gagasan matematika maka mengharuskan
representasi internal. Representasi internal (representasi mental) tidak bisa
secara langsung diamati karena merupakan aktivitas mental dalam otaknya.
2.2 Representasi Matematis dalam
Pembelajaran Matematika
Representasi sangat berperan dalam upaya mengembangkan dan
mengoptimalkan kemampuan matematika siswa. NCTM dalam Principle and Standars
for School Mathematics (Standars,2000) mencantumkan representasi (representation)
sebagai standar proses kelima setelah problem solving, reasoning,
communication, and connection. Menurut Jones (2000) beberapa alasan penting
yang mendasarinya adalah sebagai berikut:
1.
Kelancaran
dalam melakukan translasi di antara berbagai bentuk representasi berbeda
merupakan kemampuan mendasar yang perlu dimiliki siswa untuk membangun konsep
dan berpikir matematis.
2.
Cara
guru dalam meyajikan ide-ide matematika melalui berbagai representasi akan
memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap pemahaman siswa dalam
mempelajari matematika.
3.
Siswa
membutuhkan latihan dalam membangun representasinya sendiri sehingga memiliki
kemampuan dan pemahaman konsep yang kuat dan fleksibel yang dapat digunakan
dalam memecahkan masalah.
Meskipun demikian, ada beberapa keberatan dari para ahli
matematika yang berkaitan dengan dimasukkannya representasi sebagai standar
proses seperti yang diungkapkan Jones (2000) sebagai berikut:
1.
Anggapan
bahwa representasi adalah sinonim dengan model matematika. Ini berarti bahwa
representasi sudah merupakan bagian dari standar isi, khususnya dalam aljabar
yang berkaitan dengan rumus-rumus dan fungsi yang dideskripsikan sebagai
standar bahwa ”siswa dapat menggunakan model-model matematika dan menganalisis
perubahan dalam konteks real dan abstrak.”
2.
Representasi
adalah hanya bagian dari proses pemecahan masalah dan hal ini sudah tercakup
dalam standar pemecahan masalah. Selain itu, kelebihan dari representasi
sebagai standar proses tidak begitu penting. Standar proses dari pemecahan
masalah, komunikasi, penalaran dan koneksi semua memuat standar isi yang tidak
dibatasi dalam representasinya
3.
Representasi
sebagai bagian dari perkembangan kognitif tidak memberikan jaminan memiliki
peranan yang menonjol dalam sajian masalah matematika.
Adapun standar representasi yang ditetapkan National Council
of Teacher of Mathematics(NCTM) untuk program pembelajaran dari pra-taman
kanak-kanak sampai kelas 12 adalah bahwa harus memungkinkan siswa untuk:
1.
Membuat
dan menggunakan representasi untuk mengatur, mencatat, dan mengkomunikasikan
ide-ide matematika.
2.
Memilih,
menerapkan, dan menterjemahkan antar representasi matematika untuk memecahkan
masalah.
3.
Menggunakan
representasi untuk memodelkan dan menginterpretasikan fenomena fisik, sosial,
dan matematika.
Dari beberapa defenisi tersebut
diatas dapat disimpulkan bahwa representasi matematis adalah ungkapan-ungkapan
dari ide-ide matematika (masalah, pernyataan, definisi, dan lain-lain) yang
digunakan untuk memperlihatkan (mengkomunikasikan) hasil kerjanya dengan cara
tertentu (cara konvensional atau tidak konvensional) sebagai hasil interpretasi
dari pikirannya.
Ketika siswa dihadapkan
pada suatu situasi masalah matematika dalam pembelajaran di kelas, mereka akan
berusaha memahami masalah tersebut dan menyelesaikannya dengan cara-cara yang
mereka ketahui. Cara-cara tersebut sangat terkait dengan pengetahuan sebelumnya
yang sudah ada yang berhubungan dengan masalah yang disajikan. Salah satu
bagian dari upaya yang dapat dilakukan siswa adalah dengan membuat model atau
representasi dari masalah tersebut. Model atau representasi yang di buat bisa
bermacam-macam tergantung pada kemampuan masingmasing individu dalam
menginterpretasikan masalah yang ada.
Pembelajaran
matematika di kelas hendaknya memberikan kesempatan yang cukup bagi siswa untuk
dapat melatih dan mengembangkan kemampuan representasi matematis sebagai bagian
yang penting dalam pemecahan masalah. Masalah yang disajikan disesuaikan dengan
isi dan kedalaman materi pada jenjang masing-masing dengan memperhatikan
pengetahuan awal atau prasyarat yang dimiliki siswa.
Salah
satu contoh masalah matematika dalam NCTM (2000) yang terkait dengan
representasi matematis disajikan dalam contoh berikut:
”Apa
yang akan terjadi terhadap luas daerah sebuah persegi panjang jika
panjang sisinya menjadi dua kali panjang semula?”
Masalah
di atas menarik untuk disajikan karena siswa ditantang untuk berpikir
menggunakan informasi yang tersedia dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang
sudah mereka miliki sebelumnya.
Cara
penyelesaian :
Misalkan
:
Panjang
persegi panjang “a” dan lebarnya “b”, maka luas persegi panjang menjadi
L = a´b =ab
Jika
panjang sisinya menjadi dua kali panjang semula, maka panjangnya 2a dan
lebarnya 2b, sehingga luasnya menjadi
L = 2a ´ 2b = 4ab
Jadi dapat disimpulkan bahwa luas
persegi panjang yang baru menjadi 4 kali luas persegi panjang semula.
Selain
cara tersebut, sebagian siswa mungkin ada yang berfikir langsung bahwa luasnya
menjadi dua kali dari luas persegi panjang semula. Mereka berargumen bahwa jika
panjang sisinya dua kali panjang semula tentu luasnya juga akan menjadi dua
kali luas persegi panjang semula. Oleh karena itu, guru juga harus memberikan
pemahaman yang lebih mudah dipahami agar pemikiran siswa tidak berhenti sampai
disitu, misalnya dengan menanyakan kembali jawaban mereka atau meminta mereka
untuk berfikir kembali menggunakan cara lain.
Pembuktian dengan cara lain
menggunakan representasi gambar.
Gambar 1.Representasi
siswa sebagai hasil dari menduakalikan ukuran panjang sisi-sisi persegi panjang
(NCTM, 2000)
Dari
hasil representasi gambar 1 sebelumnya, terlihat bahwa penyelesaian dari
masalah yang diberikan dapat lebih mudah ditemukan dan dapat menunjukkan dengan
jelas bahwa persegi panjang yang baru besarnya empat kali ukuran semula.
Aktivitas yang terjadi dalam pembelajaran tidak hanya menunjukkan bagaimana
cara siswa menjawab tetapi juga ada proses pembenaran terhadap jawaban siswa
yang lain.
Contoh
lain ( Bain & Engelhardts (1992) ) :
Sebuah tas berisi 3 koin (mata
uang logam), 1 koin punya sisi yang sama (keduanya gambar ) dan 2 koin normal.
Sebuah koin dipilih secara acak dari dalam tas dan di toss 3x. Berapa peluang
mendapatkan ketiganya ?
Permasalahan di atas cukup menantang
untuk disajikan karena menuntut kemampuan mahasiswa memahami soal dengan baik.
Soal ini tergolong jenis soal non rutin. Soal non rutin adalah soal yang
membutuhkan penerapan keterampilan pada situasi yang tidak biasa (unfamiliar). Soal non rutin juga
membutuhkan ekstensi (perluasan) keterampilan atau teori yang sudah dikenal
sebelum diterapkan pada situasi yang tidak biasa.
Jawaban
yang dikemukakan pada gambar 2 memiliki kesalahan yang mendasar dalam
menentukan ruang sampel dari masalah yang diberikan. Mahasiswa mengalami
kesulitan ketika masalah yang biasa (familiar) diubah settingnya menjadi
masalah yang tidak biasa (unfamiliar), yakni koin yang normal (punya dua sisi
yang berbeda) diganti menjadi koin yang tidak normal yaitu koin mempunyai dua
sisi yang sama (keduanya Gambar). Sehingga banyaknya anggota ruang sampel dari
koin yang di toss 3x menurut mereka sebanyak 17 buah, yang berasal dari koin
normal (AAA, AAG, AGA, GAA, AGG, GAG, GGA, GGG) sebanyak 16 buah (2x8) dan dari
koin yang bersisi sama (GGG) sebanyak 1 buah. Mereka menghitung bahwa banyaknya
GGG sebanyak 3 buah, dan peluangnya adalah 3/17. Kemudian menyimpulkan bahwa
peluang mendapatkan ketiganya Gambar (GGG) adalah 3/17 x 1/3, dimana bilangan
1/3 adalah peluang dari masing masing koin.
Sebenarnya
masalah tersebut bisa dipandang sebagai permasalahan biasa sebagaimana koin
normal, sehingga banyaknya anggota ruang sampel tetap sebanyak 33
= 24 buah. Untuk koin yang berisi sama (keduanya G), maka banyaknya anggota
ruang sampel tetap sebanyak 23 = 8, hanya saja semua anggota ruang
sampelnya adalah GGG. Representasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah tersebut misalnya sebagai berikut :
Gambar 3. Representasi dalam menentukan nilai peluang suatu kejadian
Representasi yang ditunjukkanpada gambar 3 memandang kejadian
secara umum, berdasarkan konsep penentuan ruang sampel dari suatu kejadian.
Masing-masing koin yang diasumsikan terpilih kemudian di toss dibuatkan daftar
ruang sampelnya. Ruang sampel dari masing-masing koin kemudian digabungkan.
Penentuan nilai peluang ketiganya Gambar (GGG) berdasarkan pada ruang sampel
secara keseluruhan.
Bentuk representasi yang berbeda dari permasalahan di atas misalnya sebagai berikut:
Representasi di atas menggunakan
konsep peluang total dari suatu kejadian ( Law
of Total Probability). Peluang masing-masing koin dihitung kemudian
dikalikan dengan peluang munculnya (GGG) dengan syarat koin terpilih pada masing-masing koin. Peluang total
ketiganya Gambar (GGG) adalah penjumlahan dari peluang (GGG) pada masing-masing
koin.
Bentuk representasi yang lebih sederhana dari representasi yang diberikan pada gambar 4 sebelumnya adalah sebagai berikut :
Gambar 5. Representasi dalam menentukan
nilai peluang suatu kejadian
Representasi pada gambar 5 juga
menggunakan konsep peluang total dari suatu kejadian (Law of Total Probability). Koin dibedakan menjadi dua jenis, yakni
normal (kedua sisi berbeda) dan tidak normal (kedua sisi sama, keduanya
gambar). Peluang masing-masing jenis koin dihitung, kemudian dikalikan dengan
peluang munculnya (GGG) dengan syarat jenis koin terpilih pada masing-masing
kejadian. Peluang total ketiganya Gambar (GGG) adalah penjumlahan dari peluang
(GGG) adalah penjumlahan dari peluang (GGG) pada masing-masing jenis koin.
2.3
Manfaat
Representasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika
Representasi, baik
secara internal maupun secara eksternal perlu dilakukan dalam proses
pembelajaran matematika karena dapat membantu siswa dalam mengorganisasikan
fikirannya, memudahkan pemahamannya, serta memfokuskannya pada hal-hal yang
esensial dari masalah matematik yang dihadapinya. Selain itu, representasi juga
dapat membantu siswa dalam membangun konsep atau prinsip matematik yang sedang
dipelajarinya. Dengan demikian, sangat tepat disebutkan bahwa representasi
merupakan pusat pembelajaran dan penggunaan matematika.
Representasi sebagai elemen krusial dalam pembelajaran
matematika bukan hanya karena penggunaan sistem simbol sangat penting dalam
matematika; sintaksis dan semantiknya yang kaya, bervariasi, dan universal;
tetapi juga karena alasan kuat secara epistemologi yaitu matematika memainkan
bagian penting dalam konseptualisasi dunia nyata. Representasi bukan hanya
bermanfaat untuk siswa tetapi juga untuk guru. Beberapa manfaat atau nilai
tambah yang diperoleh guru atau siswa sebagai hasil proses pengajaran dan
Pembelajaran yang melibatkan
representasi matematik adalah sebagai berikut :
1.
Pengajaran yang
melibatkan representasi dapat memicu guru dalam meningkatkan kemampuan mengajar
dengan cara belajar baik dari representasi-representasi yang dihadirkan siswa –
karena seringkali siswa menggambarkan sesuatu yang berbeda dengan apa yang ada
dalam fikiran guru bahkan siswa membuat representasi yang aneh- aneh
(idiocyncratic) – maupun dengan proses pengembangan wawasan keilmuannya. Pada
sisi yang lain, representasi-representasi yang dibuat oleh siswa memberi
kesempatan kepada guru untuk mengetahui dan mengakses bagaimana siswa berpikir
tentang matematika.
2.
Pembelajaran
matematika yang menekankan representasi dapat memberi manfaat atau nilai tambah
untuk siswa seperti :
A.
Meningkatkan
Pemahaman Siswa.
Belajar matematika dengan
mengandalkan pemahaman berarti bahwa gagasan atau ide matematik yang dipelajari
direpresentasikan dengan baik secara internal di dalam fikiran siswa maupun
secara eksternal berupa penyajian dalam bentuk lisan, simbol- simbol tertulis,
gambar-gambar, atau objek-objek fisik. Penggunaan representasi matematik dalam
pembelajaran dapat membuat siswa lebih baik dalam pemahaman, penganalisisan
cara penyelesaian, penyediaan fasilitas pemanipulasian, dan pembentukan mental
image baru.
B.
Menjadikan
Representasi Matematik sebagai Alat Konseptual
Thomas dan Hong ( dalam Rangkuti,
2014 : 116) berpendapat bahwa suatu representasi dapat dilihat sebagai suatu
konstruksi yang multi-muka yang mengasumsikan peran-peran berbeda tergantung
kepada cara siswa berinteraksi dengan representasi tersebut7. Siswa dapat
berinteraksi dengan representasi sedikitnya dalam dua cara yaitu dengan
mengobservasinya atau dengan melakukannya.
Meningkatnya representasi pemikiran visual sangat penting
dalam pemecahan masalah matematis. Modelminds (dalam Surya, 2013) mengatakan
ada 10 alasan mengapa pemikiran visual penting dalam memecahkan masalah yang
kompleks, yaitu: (1) Pemikiran visual membantu memahami masalah kompleks lebih
mudah, (2) Visualisasi masalah kompleks, menjadi lebih mudah untuk
berkomunikasi dan Bagi orang lain untuk menyelesaikannya, (3) Pemikiran visual
membantu orang berkomunikasi lintas budaya dan bahasa, (4) Pemikiran visual
membuat komunikasi dari sisi emosional menjadi lebih baik, (5) Visualisasi membantu
memfasilitasi penyelesaian masalah non linier, (6) Visualisasi masalah
memungkinkan orang berpikir bersama dengan gagasan masing-masing dengan
menciptakan bahasa yang sama, (7) pemetaan visual masalah dapat membantu untuk
melihat kesenjangan dari solusi yang dapat ditemukan; (8) Visualisasi membantu
orang untuk menghafal, membuat gagasan menjadi konkret dan dengan demikian
menciptakan hasil yang lebih akurat pada akhirnya; (9) Pemikiran visual dapat
memberi Anda gambaran yang diperlukan untuk belajar dari kesalahan Anda; (10)
Visualisasi berfungsi sebagai motivasi yang hebat untuk mencapai suatu tujuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemampuan representasi merupakan salah satu kemampuan yang penting
untuk dikembangkan dah harus dimiliki oleh siswa karena kemampuan representasi
berpusat dari studi matematika sehingga siswa dapat membangun dan memperdalam
konsep pemahaman matematis dan hubungannya dengan membuat, membandingkan, dan
menggunakan representasi yang bermacam-macam. Kemampuan representasi matematis
siswa perlu dikembangkan melalui proses dengan mempertimbangkan tahap
perkembangan khususnya bagi siswa sekolah dasar yang sedang memasuki fase
operasional konkret. Kemampuan matematika yang dihubungkan dengan
ketereratannya antara kemampuan komunikasi dalam setiap proses kegiatan
matematika yang melibatkan komunikasi eksternal seperti kemampuan representasi
tertulis dan representasi lisan dalam grafik, kata-kata, symbol dan gambar.
Kemampuan representasi adalah suatu kemampuan matematika dengan pengungkapan
ide- ide matematika (masalah, pernyataan, definisi, dan lain-lain dalam
berbagai cara).
Peningkatan kemampuan matematika representasi, guru melalui proses
penemuan dengan menggunakan konsep matematis horisontal dan vertikal. Konsep
mahtematisasi horisontal bentuk identifikasi, masalah visualisasi melalui
sketsa atau gambar yang dimilikinya sudah diketahui siswa. Konsep matematis
vertikal adalah representasi dari hubungan bentuk, rekonsepsi dan penyesuaian
model matematis, penggunaan model dan generalisasi yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2006, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
Pdf, Jakarta
Cahdriyana, R. A., Sujadi, I., & Riyadi. 2014. Representasi
Matematis Siswa Kelas VII Di SMP N 9 Yogyakarta Dalam Membangun Konsep Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika : ISSN
: 2339-1685
Kartini. Peranan Representasi dalam Pembelajaran Matematika. Riau (http://eprints.uny.ac.id/7036/1/P22-Kartini.pdf)
National Council of Teachers of Mathematics (NCTM). 2000.
Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM Publication
Purmono., Andi, E., dan Mawarsari, V. N., 2014, Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Melalui Model Pembelajaran Problem Solving Berbasis
Project Based Learning, JKPM, Volume 1 Nomor 1: 2339:2444
Rangkuti, A. N. 2014. Representasi Matematis. Forum Paedagogik :
Vol. VI, No. 01
Simanjuntak, M., & Surya E. Peningkatan Kemampuan Representasi
dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Pada Materi Transformasidengan Strategi
Think-Talk-Write (TTW) Berbantuan Kartu Domino. Pps Unimed Medan
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya.
Jakarta : Rineka Cipta
Surya, E., Sabandar, J., Kusumah Y. S., & Darhim. 2013.
Improving of Junior High School Visual Thinking Representation Ability in
Mathematical Problem Solving by CTL. IndoMS. J.M.E : Vol. 4, No. 1
Surya, E., & Istiawati. 2016. Mathematical Representation
Ability In Private Class XI SMA YPI Dharma Budi Sidamanik. Jurnal Saung Guru :
Vol. VIII, No. 2
Suwangsih, E., & Misel. 2016. Penerapan Pendekatan Matematika
Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa. Metodi
Didaktik : Vol. 10, No. 2
Syafri, F. S. 2017. Kemampuan Representasi Matematis Dan Kemampuan
Pembuktian Matematika. Jurnal Edumath : ISSN Online : 2356-2056
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep
Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta : Kencana
Yulia,
Nanda, dkk. 2017. Kemampuan Representasi Matematis Siswa pada Pembelajaran
Matematika, Pdf. Jakarta. (https://www.researchgate.net/publication/321803888_Kemampuan_Representasi_Matematis_Siswa_Pada_Pembelajaran_Matematika)
Sabirin,
Muhammad. 2014. Representasi dalam Pembelajaran Matematika. Banjarmasin. (https://media.neliti.com/media/publications/121557-ID-representasi-dalam-pembelajaran-matemati.pdf#page=12&zoom=auto,-107,842)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar